Open Pit bukanlah tempat tujuan wisata. Dan tempat ini tidak dibangun untuk itu. Ada banyak gua-gua vertikal untuk ventilasi yang tersebar di sekitar bukit yang bisa saja berakibat fatal pagi para pengunjung biasa. Jalan ke Open Pit juga rusak. Jika anda datang dengan kendaraan biasa, anda harus parkir di kaki bukit dan berjalan menaiki bukit menuju puncak Gunong Kik Karak, kecuali anda menggunakan kendaraan 4x4. Tempat ini bisa dicapai satu jam perjalanan dari Tanjungpandan ke arah Timur, arah yang sama dengan ke Manggar.
Jika anda seorang fotografer baik amatir maupun pro, tempat ini mungkin akan menjadi surga bagi anda. Mungkin beberapa diantara anda sudah pernah melakukan perjalanan fotografi ke Kawah Putih, yaitu kawah gunung berapi sesungguhnya di Gunung Patuha di Jawa Barat. Tempat ini mirip, tetapi memiliki keunikan tersendiri. Target foto anda adalah warna dan corak bebatuan di sekitar kawah, para penambang timah sebagai human interest dan kawah itu sendiri. Foto-toto di halaman ini diambil di siang hari dengan kondisi pencahayaan yang kurang bersahabat. Anda sebaiknya menghabiskan waktu fajar atau matahari terbenam di tempat ini. Kami harap anda bisa menghasilkan foto yang menarik dari tempat ini.
Open Pit bukan sebuah pantai. Ini adalah nama sebuah wilayah yang dulunya digunakan oleh perusahaan tambang asal Australia BHP Billiton (Billiton adalah nama internasional Belitung) (1971-1985) dan kemudian dialihkan ke perusahaan Jerman bernama Preussag GmbH of Hannover, tempat ini oleh mereka digunakan sebagai pusat operasi penambangan timah sampai akhir tahun 1989.
Sekarang, tidak ada lagi deru mesin dan kesibukan aktivitas pertambangan di tempat ini, kedua perusahaan tersebut sudah tidak beroperasi lagi di Belitung. Tempat ini hanyalah tinggal kawah yang terabaikan dan tidak ada orang berkunjung ke tempat ini untuk berwisata. Aktivitas yang ada di tempat ini hanyalah penduduk lokal yang melakukan penambangan timah secara tradisional, mencoba untuk mendapatkan sisa-sisa timah dari pasir-pasir yang tertinggal di dalam gua, sebagaimana ditampilkan pada foto di atas. Mereka menggunakan peralatan tradisional seperti wajan untuk memisahkan timah dari pasir biasa. Mereka mengumpulkan sisa-sisa pasir dari dalam gua. Ini adalah aktivitas yang sangat berbahaya, karena mereka tidak menggunakan alat keselamatan memadai dan gua-gua tersebut sudah ditinggalkan lebih dari 20 tahun, tanpa ventilasi yang memadai. Tetapi, karena hanya itulah keahlian dan kesempatan yang mereka miliki, mereka tetap melakukannya.
Tempat ini menjadi unik karena sesungguhnya merupakan sebuah bukit dengan nama Gunong Kik Karak. Karena bukit ini memiliki potensi cadangan timah yang besar didalamnya, maka perusahaan pertambangan tersebut membuat sebuah galian raksasa membentuk kawah di tepat puncak Gunung Kik Karak. Besarnya kawah tersebut sama dengan kawah gunung berapi sesungguhnya. Gunong Kik Karak terletak di kota kecamatan Kelapa Kampit di wilayah Kabupaten Belitung Timur.
Mengapa perusahaan penambangan timah tersebut membuat proyek sebesar itu ? Ini adalah cara bagi mereka untuk mengangkut bebatuan dari dalam perut bumi untuk dimasukkan ke dalam truk. Sejarah awal pertambangan timah modern dimulai ketika pemerintah Belanda memberikan hak eksploitasi tambang kepada perusahaan Billiton yang didirikan pada 29 September 1860 di Belanda untuk beroperasi di pulau kaya timah Bangka dan Belitung.
Truk-truk besar dulunya berkeliling seputar sisi kawah merangkak menaiki sisi kawah hingga ke sisi puncak dan membawa bebatuan yang mengandung timah tersebut ke pusat pengolahan. Di sekeliling kawah, terdapat banyak lubang yaitu gua buatan manusia. Tempat ini sesungguhnya adalah pusat penambangan timah bawah tanah. Jadi, batu-batu yang kaya timah sesungguhnya diambil dari gua-gua tersebut, dan kawah tersebut dibuat sebagai cara agar truk-truk pengangkut bisa mendekati pintu-pintu gua yang terletak di sekeliling kawah.
Gua tersebut dibuat menggunakan ledakan dinamit. Para ahli geologi melakukan eksplorasi struktur bebatuan dan mengidentifikasi titik-titik dimana gua bisa dibuat. Para pekerja kemudian melakukan pengeboran pada bebatuan dan menempatkan dinamit di sana. Setelah meledak, bebatuan diangkut dari dalam gua ke areal Open Pit. Begitulah aktivitas penambangan timah di Belitung pada masa itu. Tempat ini dulunya banyak didatangi oleh pekerja dan tenaga ahli asal Eropa.
Komentar Open Pit Mining
Ingat sekali tempat ini.. dulu ayahku kerja disitu sekitar tahun1981-1992. Dan kebetulan kita pernah tinggal di pangkutan. Dekat dengan tempat ini. Miss you belitong!
balasSebagai seorang anak dibesarkan dikota kecil kampit, mungkin hanya open pit ini yg menjadi kebanggaan dan harapan kami untuk memberi hidup sejak kakek nenek pendahulu kami, dan saat kami mulai paham bahwa tambang tidak selamanya ada dan akan menjadi sejarah.. kami hanya berharap akan ada seorang pahlawan untuk menjadikan open pit sebagai tempat destinasi wisata, agar mereka (wisatawan) berdatangan dan kami bisa mendapat rupiah untuk hidup hingga anak cucu kami kelak.. amin..
balasopen pit adalah tehnik penambangan permukaan,kalau mau tmpt wisata peninggalan tambang masih ada juga danau d bukit pangkutan
balasKenangan sejarah bagi indonesia jaman penjajahan belanda,,,banyak peninggal bersejarah,,,seperti wisata ini keren benget sisa2 pernambangan timah jaman belanda dulu,,,,,
balasSumpah tempat ini keren abis harus dikunjungi buat temen2 fotografer gak bakalan nyesel jalan dari kaki gunung sampe menuju puncak oven pit keren abis deeehhhhh !!!!!!!!!!
balas