Indonesia dengan kekayaan budayanya memang membuat kita dapat menjumpai beragam bangunan rumah adat, termasuk Rumah Adat Belitung. Dengan segala keunikan dan kisah serta makna dibalik bangunan Rumah Adat Belitung atau Rumah Panggong, membuat kita akan mendapatkan banyak pengalaman mengesankan ketika mengunjunginya. Dari sini maka mengunjungi Rumah Adat Belitung akan sangat menyenangkan.
Rumah Adat Belitung sendiri dibangun di atas area seluas kurang lebih 500 meter persegi. Keunikan Rumah Adat Belitung ini ada pada tidak adanya sekat atau kamar serta bahan bangunannya yang kesemuanya menggunakan bahan dari alam lingkungan. Bahan dari alam yang paling banyak digunakan adalah kayu yang mencapai 90%. Bahan kayu ini bisa kita dapati pada tiang Rumah Adat Belitung yang menggunakan kayu nyatoh dan bagian lantai yang menggunakan kayu ulin. Sementara itu pada bagian atap Rumah Adat Belitung, kita akan menjumpai penggunaan kayu seru dan medang serta daun rumbia dan ijuk. Bahan dari alam lainnya yakni bambu dan kulit kayu bisa kita temui di bagian dinding Rumah Panggong. Sedangkan untuk fondasinya, rumah yang dibangun tahun 2006 dan diresmikan tahun 2009 tersebut menggunakan batu granit yang banyak ditemui di Belitung. Rumah Adat Belitung sendiri mempunyai bentuk memanjang ke belakang dengan lima bagian dengan fungsi yang berbeda-beda. Semakin ke belakang dari Rumah Adat Belitung maka terjadi penurunan nilai dimana bagian depan dipergunakan untuk tempat menjamu tamu dan bagian paling belakang untuk pembantu. Lima bagian dari Rumah Adat Belitung tersebut sendiri adalah teras, ruangan utama, loss, dapur dan ruang untuk penjaga rumah atau pembantu. Keunikan lain dari Rumah Panggong ini adalah pengukurannya yang tidak menggunakan meteran melainkan dengan alat dapur bernama Dulang yang berfungsi sebagai penutup makanan khas Belitung.
Saat memasuki Rumah Adat Belitung, kita akan mendapati ornamen kembang goyang yang bila tertiup angin akan saling bersentuhan dan menimbulkan bunyi. Ornamen di depan rumah yang berfungsi untuk menyambut tamu ini dibuat dari besi tipis yang berwarna-warni untuk menarik perhatian. Setelah melewati ornamen kembang goyang kita akan mendapati ruang teras untuk menerima tamu laki-laki dengan ukuran tiga kali tujuh meter persegi. Selanjutnya menuju ke dalam rumah kita akan mendapati ruang utama dimana tempat menerima tamu perempuan dan juga tempat keluarga beraktivitas, dari tidur, makan hingga berkumpul. Inilah ruangan paling luas dari Rumah Adat Belitung karena tidak adanya sekat. Menuju ke belakang lagi kita bisa akan mendapati tempat bernama loss yang berwujud jembatan sepanjang tiga meter. Fungsi tempat ini adalah tempat keluarga bersantai dengan kegiatan bercengkerama, mendongeng serta mencari kutu. Berikutnya ruangan yang bisa kita temui adalah dapur tempat memasak dan juga menyimpan hasil kebun. Dan ruang paling belakang dari Rumah Adat Belitung yakni ruang untuk pembantu atau penjaga rumah. Rumah yang diadopsi dari rumah adat Kalimantan dan digunakan oleh para bangsawan ini sendiri memiliki perbedaan dengan rumah penduduk biasa. Perbedan tersebut bisa kita jumpai pada ukuran Rumah Adat Belitung yang lebih besar dengan lima ruangan. Perbedaan berikutnya bisa kita lihat dari adanya jumlah anak tangga yang lebih dari tiga, sementara pada rumah penduduk biasa hanya ada tiga anak tangga. Dan terakhir, perbedan Rumah Adat Belitung dengan rumah penduduk biasa adalah adanya ruang untuk pembantu dan penjaga rumah yang tidak bisa ditemui pada rumah penduduk biasa. Selain menjadi rumah adat, ternyata Rumah Panggong ini juga difungsikan sebagai Museum Budaya Belitung.
Komentar Rumah Adat
Adat Belitung basis nya melayu, harap jaga kemajuan adat melayu Belitung dan tanamkan nilai-nilai kreativitas kepada generasi mendatang. Sukses pariwisata hanya bisa berkesinambungan jika budaya berkembang pesat.
balas