Dengan penduduk yang mayoritas beretnis melayu dan muslim maka kita bisa menjumpai beberapa budaya di Belitung yang berkaitan dengan kedua unsur etnis tersebut. Salah satu budaya tersebut adalah seni gambus. Seni gambus yang mulanya berasal dari Timur-Tengah ini memang sudah dikenal masyarakat Belitung sejak lama dalam berbagai peringatan dan acara.
- Merupakan seni musik di Belitung yang sudah berusia ratusan tahun
- Dahulu digunakan untuk sarana penyebaran agama Islam
- Memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan gitar
- Alat untuk mengiringi nyannyian di berbagai acara adat dan juga acara besar lain
Perkembangan Seni Gambus
Seiring waktu dan perkembangan zaman, seni gambus di Belitung dan sekitarnya ini terbilang memprihatinkan. Hal ini dikarenakan alat musik tradisional tersebut mulai ditinggalkan oleh para generasi muda penerusnya. Mereka para golongan muda ini lebih memilih untuk menggunakan alat musik yang lebih modern dan digital. Untungnya beberapa generasi tua memiliki kepedulian pada pelestarian seni gambus. Mereka kemudian mendirikan sanggar seni gambus dan membuka serta mengajak para generasi muda untuk ikut serta melestarikan musik serta seni gambus.
Yang bisa dilakukan di Seni Gambus
- Menonton pertunjukan
- Adat istiadat dan tradisi
- Mempelajari sejarah
- Pengamatan pemandangan
Gambus atau juga disebut Dambus dalam bahasa setempat merupakan seni permainan alat musik yang masuk dalam ruang lingkup kesenian hadrah dan rebana. Wujud gambus sendiri adalah mirip seperti gitar namun dengan karakteristik dan bunyi yang berbeda. Karakteristik gambus secara umum adalah adanya masing-masing sepasang senar yang berdekatan antara satu dengan lainnya. Jadi jika dihitung secara keseluruhan maka akan ada 12 senar pada alat musik ini. Selain itu senar yang digunakan berbeda dengan senar gitar. Pada gambus, senar yang digunakan adalah senar nylon yang merupakan senar untuk memancing.
Meski tidak diketahui siapa yang mulai menggunakan nama gambus, tapi yang jelas kesenian gambus ini sangat berkembang di Belitung sejak abad XIX Masehi. Pada abad ke-19 tersebut memang juga diketahui ada kedatangan para imigran Arab dari Hadramaut, Yaman Selatan ke Nusantara. Pada masa penyebaran agama Islam di daerah belitung, gambus ini dimanfaatkan oleh para ulama imigran tadi untuk sarana dakwah. Kegunaan alat musik gambus atau dambus tersebut pada waktunya berkembang menjadi alat untuk mengiringi nyanyian dan tarian dalam beberapa acara adat dan hari besar agama Islam.
Pelaksanaan Seni Gambus
Selain sebagai hiburan diri sendiri, peruntukan gambus di daerah Belitung adalah untuk pengiring sebuah acara. Acara atau kegiatan yang biasanya diiringi seni gambus yaitu pagelaran seni, pesta pernikahan, pengiring lagu melayu, tarian tradisional dan lainnya. Tidak jarang juga gambus belitung dimainkan dengan melantunkan mantra-mantra tertentu. Pelantunan matra ini dilakukan untuk menambah kesan sakral dalam sebuah permainan gambus. Agar lebih variatif dan harmonis maka biasanya dalam pertunjukan seni gambus juga diiringi dengan alat musik lain seperti biola, gendang, gong, dan rebana. Dari sisi religi, permainan gambus ditujukan untuk mengajak pendengarnya mendekatkan diri pada Allah dan juga untuk mengikuti teladan Rasul-Nya.
Komentar Seni Gambus