Kata Belitong pertama kali dipopulerkan keluar Belitung oleh Andrea Hirata dalam novel Laskar Pelangi. Di dalam novel itu Andrea menggunakan kata Belitong, bahkan penyebutan yang sama juga digunakan pada film Laskar Pelangi. Tapi, belakangan kata Belitong mulai digunakan dengan maksud yang lebih unik, yaitu sebagai pemersatu. Di pulau Belitung, terdapat dua kabupaten yaitu Kabupaten Belitung (Barat) dan Kabupaten Belitung Timur. Belitung Timur adalah kabupaten hasil pemekaran wilayah yang sebelumnya hanya ada satu kabupaten yaitu, Kabupaten Belitung. Maka untuk tetap menyatukan identitas dari masyarakat Belitung, orang disana menamakan mereka Orang Belitong, artinya orang dari pulau Belitung, tanpa memandang dari kabupaten mana dia berasal.
Travel Vlog & Blog
Jika ada acara di sebuah desa, misalnya acara pernikahan, hampir seluruh masyarakat desa akan membantu, mulai dari membuat dekorasi, memasak sampai dengan ritual acara pernikahan berlangsung. Hampir seluruh desa terlibat, jadi harus dipastikan semua keluarga di desa harus diundang.
Masyarakat Belitung tidak mengenal hirarki, jadi hampir tidak ada golongan bangsawan di Belitung. Sebagian keluarga ada yang masih memegang gelar bangsawan pada masa lalu, yang biasanya bergelar "kiagus", mirip dengan gelar bangsawan dari Palembang. Hanya saja nama Kiagus tidak memiliki perlakuan dan posisi khusus di masyarakat. Di masa lalu memang pernah ada beberapa kesultanan di Belitung, yakni kesultanan Balok, kesultanan Badau, kesultanan Buding dan kesultanan Sijok. Gelar kiagus bisa jadi berasal dari kesultanan ini. Informasi tentang sejarah Belitung bisa didaptkan dari website Peta Belitung.
Jika anda datang berlibur ke Belitung, anda akan menyaksikan populasi masyarakat keturunan Tionghoa terlihat lebih banyak dari daerah lain di Indonesia, walaupun tetap merupakan golongan minoritas di Belitung. Bahkan masyarakat Tionghoa Belitung masih banyak menggunakan bahasa asli mereka. Tapi jika anda memiliki kemampuan bahasa Mandarin, anda jangan senang dulu, karena bahasa masyarakat Tionghoa Belitung adalah dari dialek Hakka (Hokian). Berbeda dengan keturunan tionghoa di pulau Jawa, masyarakat Tionghoa datang ke Belitung baru pada akhir abad ke-19. Mereka didatangkan oleh Belanda dari propinsi Yunan karena keahlian mereka dalam menambang timah. Jadi asal muasal masyarakat tionghoa di Belitung adalah dari buruh timah.
Apakah drama itu ? Sebelum melanjutkan, perlu dijelaskan bahwa salah satu komponen penting dari panitia acara perkawinan adalah menyewa profesional yang memiliki keahlian unik. Mereka biasanya sepasang lelaki. Lelaki ini akan ikut di dalam rombongan mempelai pria ikut konvoi, mirip sebagai kepala rombongan. Sedangkan seorang lagi adalah yang menunggu dan menjaga pintu, yang dimulai dari pintu halaman depan, dibantu beberapa orang. Proses penghalangan pintu dibuat dramatis dan akan menjadi tontonan bagi hapir semua yang hadir.
Apakah yang kemudian dilakukan sepasang lelaki itu ? Satu hal saja yakni, berbalas pantun. Pantun-pantun yang disajikan biasanya sangatlah unik, lucu, menghibur dan mengundang gelak tawa para hadirin. Sepasang lelaki ini biasanya memang pelaku pantun profesional yang ada di masyarakat Belitung, sehingga kualitas pantun sangat mengibur. Proses berbalas pantun ini biasanya cukup lama, bisa sampai 10 menit. Seledang yang menghalang pintu baru akan dibuka jika mempelai pria memberikan uang (ala kadarnya) sebagai tanda masuk, kemudian mempelai pria dan rombongan bisa lewat dari pintu tersebut. Prosesi penutupan pintu ini kemudian akan diulangi lagi di dua tahapan selanjutnya, yaitu di pintu masuk rumah dan di pintu masuk kamar pengantin. Ritual ini biasanya sangat menghibur dan ditunggu-tunggi pada setiap prosesi acara perkawinan di Belitung.
Ciri khas proses lamaran ini adalah ditandai dengan membawa bingkisan berupa kue baulo berukuran besar. Masyarakat Belitung menamakan nya \"Jajak Gede\" (kue besar). Kue ini adalah simbol rasa penghargaan dari keluarga perempuan terharap keluarga laki-laki. Tradisi datangnya keluarga perempuan ke keluarga laki-laki ini bertujuan untuk memberi tahu secara resmi kepada keluarga pihak laki-laki bahwa anak lelaki yang bersangkutan sudah sering bertamu ke rumah si perempuan. Keluarga perempuan bermaksud menanyakan apakah keluarga lelaki serius untuk melanjutkan hubungan pasangan itu ke jenjang pernikahan. Acara biasanya berlangsung lancar, dilanjutkan dengan kesepakatan tentang persiapan acara perkawinan selanjutnya.